Selasa, 28 September 2010

KENAKALAN ORANG TUA

cie cie......, ada juga ya kenakalan orang tua...., buset dah..., geleng-gelang dengernya tadi saat di kelasnya pak Arifin saat SSBI (Sistem Sosial Budaya Indonesia) ngakak maunya tapi...., malu sangaaaat ^_^ jadi karena ngak bisa ber kata-kata dan penasaran dengan kata kata beliau, nai pengen banget berbagi Pandangan tentang KENAKALAN ORANG TUA ini...., sepertinya ngak asing lagi kalau kita bahas kenakalan ini pada remaja....., Tapi sangat Luar biasa buanget...., kalau kenakalan itu kita putar balikkan kepada orang tua, walau kelihatannya rada..., ngak lajim dan tidak sopan di tulis kwkwkwkwkw namanya menulis itukan bebas dan harus benar-benar ada bukti Broooor~ kita bukalah langsung....., info"nya UKOE~ ^_^



"nakal" memiliki sinonim "bandel", "bebal", atau kalau orang Jawa bilang, "ngeyel". Di sini berarti si pelaku (yang konteksnya sudah dewasa dan mampu berpikir dengan lebih jauh sebelum bertindak) sebenarnya sudah tahu bahwa suatu perbuatan itu tidak sepantasnya dilakukan. Namun, demi mencapai kepuasan atau tujuannya sendiri, ia pun tetap melakukannya. Dalam konteks ini, si pelaku dapat digolongkan berbuat "nakal".

Contohnya: Sudah tahu kalau lampu merah itu harus berhenti, eh... malah diterobos. Mumpung ga ada polisi katanya.... nah.... nakal nih pengemudinya!



Orang tua = suri tauladan bagi Anak-anak
Sigmund Freud, dalam konsep "tabula rasa", menyatakan bahwa ketika kita dilahirkan, manusia bersih layaknya selembar kertas putih.
Pengalaman hidup, lingkungan sekitar, termasuk di dalamnya pergaulan di sekitar tempat tinggal, sekolah, keluarga, dsb, serta nilai dan norma yang berlaku dalam kehidupan di mana manusia itu berada memberikan sumbangan coretan dan
tulisan ke dalam kertas putih tersebut.

Jadi Freud berpendapat bahwa karakter pribadi seseorang sangat kuat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Pada fase tertentu, anak juga mengembangkan kemampuan untuk meniru (role modelling) orang di sekitarnya, seperti orang tua mereka.




Seperti peribahasa: "buah jatuh tak jauh dari pohonnya....,"

tapi kalau jatuhnya ke kali jauh juga tuh nganyuuutnya kwkwkw kiding~ ^_^

Jadi, hipotesis Nai nih: orang tua yang memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya akan memiliki peluang yang lebih besar untuk membesarkan anak-anaknya menjadi orang yang berkepribadian baik kelak.

Baca-baca ada yang asik buanget dari salah satu hasil karya sastra yang nai baca yang kepengen banget nai share, ini yang buat nai tahu anak itu adalah Karunia terindah, buat Ortu....,




ANAKMU bukan anakmu !

“Anak adalah kehidupan, mereka sekedar lahir

melaluimu tetapi bukan berasal darimu.

Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu,

curahkan kasih sayang tetapi bukan memaksakan pikiranmu

karena mereka dikaruniai pikirannya sendiri.

Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak jiwanya, karena

jiwanya milik masa mendatang, yang tak bisa kau datangi

bahkan dalam mimpi sekalipun.

Bisa saja mereka mirip dirimu, tetapi jangan pernah

menuntut mereka jadi seperti sepertimu.

Sebab kehidupan itu menuju ke depan, dan

tidak tenggelam di masa lampau.

Kaulah busur, dan anak-anakmulah anak panah yang melucur.

Sang Pemanah mahatahu sasaran bidikan keabadian.

Dia menentangmu dengan kekuasaanNya,

Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.

Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,

Sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat

Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap”.


Meythree, awal Februari 2010

(Ketika bertekad menghargai anak-anaku sebagai jiwa yang merdeka ...)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar